Lahan Habis, Penghijauan Atap Jadi Alternatif

Mungkin ini bisa dijadikan alternative dalam menghadapi global warming saat ini. Penanaman tumbuhan di atap memang bukan barang baru, tapi kini ide brilian ini tengah dikembangkan dengn teknologi yang ada agar pengaplikasiannya lebih optimal. Kota-kota besar dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi seperti Chicago, Stuttgart, Sigapura, maupun Tokyo telah menggunakan atap hijau ini. Pemerintah juga sepertinya mendukung program ini, terbukti dengan adanya pengurangan pajak bagi pengguna atap hijau seperti di Portland dan Oregon. Bahkan di Jerman, Swiss, dan Austria atap hijau menjadi sesuatu yang wajib dan diatur dalam hukum setempat.

Penggunaan atap hijau ini mampu mengurangi suhu tinggi pada atap bangunan ketika musim panas yang dapat mencapai 65oC, sehingga dapat menghemat 20% biaya pendinginan bangunan di bawah atap tersebut. Di Zurich, Swiss atap hijau berusia 95 tahun menjadi tempat perlindungan untuk Sembilan spesies anggrek lokal. Tidak hanya atap gedung atau bangunan besar saja yang dibuat hijau rupanya, atap halte bus juga tak luput dari penghijauan. Disamping menambah nilai keindahan, atap hijau ini juga sangat membantu mengatasi masalah pengontrolan air saat terjadi badai. Dengan atap hijau, air tidak langsung dialirkan ke saluran pembuangan yang mana rentan menimbulkan banjir, melainkan disaring dan bahkan disimpan. Ini merupakan salah satu terobosan yang dapat dilakukan untuk menghadapi problem global warming. Bayangkan saja bagaimana jika jutaan hektar atap bangunan dan gedung di seluruh dunia menggunakan atap hijau?

Sumber : kata-kata
Baca terus...

Opini : Kecewa dengan Pengunduran Musang

Musang Sipil yang sudah direncanakan dari jauh-jauh hari terpaksa diundur selama seminggu. Mengapa pengunduran ini bisa terjadi?

Musyawarah anggota (Musang) yang akan dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) terpaksa ditunda. Acara tahunan ini direncanakan akan dilaksanakan pada Minggu, 8 November 2009. Namun karena terbentur dengan Teknik Go Green, maka terpaksa digeser menjadi 14 November 2009. Pengunduran ini tentu tidak mudah karena semua jadwal harus disusun ulang. Panitia pun jadi tambah repot.

Pada saat perencanaan Musang telah matang tiba-tiba ada pengumuman akan dilaksanakan Teknik Go Green. Dengan mudahnya Teknik Go Green menggeser Musang Sipil. Kita ketahui bersama Teknik Go Green memang acara yang diprakarsai oleh Senat Mahasiswa Fakultas Teknik dan Musang memang acara Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS). Sudah seharusnya mengutamakan kegiatan di fakultas daripada jurusan. Namun harus dipertimbangkan juga kadar kepentingannya. Maka muncul pertanyaan apakah Musang tidak lebih penting dari Teknik Go Green?

Banyak mahasiswa Sipil, terutama maba merasa kecewa dengan pengunduran Musang. Pengunduran ini terkesan tidak adil karena Musang sudah direncanakan dan diumumkan di Jurusan Sipil sejak sebulan yang lalu, sebelum Teknik Go Green diumumkan. Mereka sudah bersemangat untuk mengikuti Musang, meskipun cukup menyita waktu istirahat karena dilaksanakan pada hari Minggu. Para maba juga masih penasaran seperti apa Musang itu, karena ini kali pertama mereka mengikutinya.

Jika dicermati, sangat jelas masalah ini terjadi karena kurangnya koordinasi antara SMFT dengan HMS. Seharusnya SMFT mengetahui dan menghargai semua kegiatan di semua jurusan. Apalagi jika jurusan akan mengadakan kegiatan penting seperti Musang. Fakultas juga harus pandai-pandai menemukan waktu luang sehingga tak akan mungkin mengadakan acara yang jadwalnya bersamaan dengan acara jurusan. Dengan demikian untuk ke depannya hal-hal seperti ini tidak akan terulang kembali.

Ditulis oleh : Ni Putu Ratih Novyanti Dewi
Baca terus...